Search This Blog

Wednesday, April 24, 2019

The Power Of Hashtag


                 Hashtag (#) merupakan sebuah simbol yang jamak digunakan dalam dunia media sosial dewasa ini. Menurut Goodwin (2015), penggunaan pertama kali dari hashtag dapat ditarik hingga tahun 1988, lewat teknologi Internet Relay Chat dengan fungsi yang mirip dengan sekarang (mengelompokkan gambar, pesan, video dan konten lain ke dalam grup-grup). Pada tahun 2007, Chris Messina (aktor dan sutradara asal Amerika) merupakan orang pertama yang menyinggung soal penggunaan simbol ‘#’ untuk membedakan grup-grup dalam Twitter, namun menurut Goodwin, orang pertama yang menggunakan istilah ‘hashtag’ adalah seorang blogger bernama Stowe Boyd dalam sebuah postingan miliknya.

               Kasus pertama yang menjadi pemicu popularitas dari penggunaan hashtag adalah kebakaran skala besar di California tahun 2007. Nate Ritter, seorang pengguna Twitter menggunakan tagar #sandiegofire saat menulis tweet mengenai kebakaran itu. Salah satu tweet miliknya berbunyi “#sandiegofire: 300,000 people evacuated in San Diego county now” (Gregorio, 2018). Usaha Nate tersebut membuat orang-orang di seluruh penjuru dunia dapat dengan mudah mendapatkan dan menyebarkan informasi terkait bencana tersebut secara real­­-time, dan menjadi awal mula dari euforia penggunaan hashtag dalam dunia maya.

               Pada tahun 2009, Twitter menambahkan fitur hashtag, dimana pengguna dapat mencari tweet atau konten hanya berdasarkan hashtag. Facebook sendiri baru mulai mengadopsi hashtag pada tahun 2013 (Black, 2018). Sekarang, hashtag sudah bisa ditemui di hampir seluruh media sosial, seperti Instagram, Pinterest, Youtube, dan Tumblr. Tidak hanya di sosial media, hashtag juga banyak digunakan dalam bidang politik, berita, iklan, dan masih banyak lagi. Hampir semua acara di televisi memiliki hashtag yang diasosiasikan dengan program tersebut, bahkan terkadang setiap episode memiliki tag yang unik, sehingga konsumen dapat mencari dan bertukar informasi mengenai episode atau program tertentu dengan lebih mudah.

               Tentu tujuan pengunaan hashtag tidak terbatas hanya pada kemudahan mengakses informasi saja. Menurut penelitian yang dilakukan Laestadius & Megan (2017: 3-5), banyak fenomena lain yang timbul dari maraknya pengunaan simbol ini. Salah satu contohnya adalah ‘pemanfaatan’ konsumen sebagai media iklan atau promosi baru oleh perusahaan-perusahaan di dunia. KFC merupakan satu perusahaan yang gencar dalam melakukan promosi lewat media sosial dengan hashtag #howdoyoudoKFC. Dengan menggunakan tag ini, para konsumen KFC, yang mayoritas adalah kalangan muda dan juga pengguna media sosial, dapat menunjukkan foto apa saja yang mereka makan dengan tampilan dan susunan yang menarik (atau dalam bahasa gaul, instagrammable; menarik untuk difoto atau dilihat / memanjakan mata).

               Apa yang dilakukan oleh KFC ini bisa dibilang merupakan sebuah langkah yang sangat cerdas dari sisi marketing. Tanpa perlu mengeluarkan uang sepeserpun, pengguna media sosial secara sadar atau tidak sadar sudah melakukan promosi lewat postingan mereka tersebut. Terlebih kalangan muda yang mudah tergoda oleh tren baru, banyak kalangan muda yang ikut melakukan sesuatu sekedar supaya tidak ketinggalan tren saja, tanpa mengetahui bahwa mereka sebenarnya sedang ‘membantu’ sebuah perusahaan dalam menciptakan brand awareness dan loyalitas publik. Walau menurut Laestadius & Megan (2017: 5), apa yang dilakukan oleh kalangan muda ini tidak bisa disalahkan, karena media sosial merupakan wadah bagi mereka untuk menunjukkan identitas dan eksistensi diri, tempat dimana kreativitas dan pendapat mereka bisa dilihat atau didengarkan oleh publik.

               Menurut Nurudin (2017: 159-160), tidak jarang pula muncul hashtag sebagai bentuk perlawanan masyarakat maya terhadap suatu bencana atau kejadian. Bila kita mengingat serangan bom di Sarinah, Jakarta pada tahun 2016 lalu, muncul hashtag #PrayForJakarta dan #KamiTidakTakut¸ kedua tag ini merupakan wujud dari simpati masyarakat di daerah lain terhadap kejadian di Jakarta, sekaligus bentuk pernyataan masyarakat bahwa mereka tidak takut dan akan terus melawan aksi teror dalam bentuk apapun. Penggunaan tag ini juga membuat masyarakat bisa dengan cepat mencari dan mengikuti berbagai informasi yang terkait dengan serangan bom di Jakarta. Bisa dibilang, penggunaan hashtag di kasus-kasus genting seperti ini mampu menumbuhkan benih-benih kepedulian dan menjadi alat pemersatu rakyat yang biasa acuh tak acuh terhadap kondisi satu sama lain.

               Gerakan hashtag adalah gerakan spontan masyarakat dari berbagai macam kepentingan, dan telah menjadi sebuah fenomena sosial masyarakat masa kini. Kita sudah tidak bisa lagi memandang sebelah mata peran hashtag di media sosial, walau ia sendiri bisa menjadi pisau bermata dua. Hashtag bisa mendongkrak kredibilitas/popularitas seseorang atau lembaga, mencari keuntungan, dukungan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu fenomena yang tengah terjadi. Namun, ia juga bisa menjadi “landasan hukum” dalam media sosial, dengan netizen sebagai hakimnya. Mereka bisa menghakimi orang/lembaga tertentu, menjatuhkan kredibilitas, bahkan melakukan cyber-bullying dengan hanya bermodalkan hashtag, yang sayangnya, terkadang masih tidak didukung oleh bukti yang kuat atau hanya berdasarkan pendapat subjektif semata dan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya terjadi (Nurudin, 2017: 161-162).



Daftar Pustaka
Buku
1.      Nurudin. 2017. Perkembangan Teknologi Komunikasi. Depok: Rajagrafindo Persada.

Jurnal
1.      Laestadius, Linnea, dan Megan M. Wahl. 2017. Mobilizing Social Media Users to Become Advertisers: Corporate Hashtag Campaigns as a Public Health Concern. Joseph J. Zilber School of Public Health, University of Wisconsin–Milwaukee, USA Journal, Volume 3. Diunduh pada 20 April 2019.

Artikel Daring
1.      Black, Erin (2018, 30 April). Meet the man who ‘invented’ the #hashtag. Diakses pada 20 April 2019, dari https://www.cnbc.com/2018/04/30/chris-messina-hashtag-inventor.html
2.      Gregorio, Jomer (2018). The History and Power of Hashtags in Social Media Marketing (Infographic). Diakses pada 20 April 2019, dari https://digitalmarketingphilippines.com/the-history-and-power-of-hashtags-in-social-media-marketing-infographic/
3.      Goodwin, Elana (2015, 4 Mei). How Hashtags Evolved and Changed the Way We Communicate. Diakses pada 20 April 2019, dari https://www.huffpost.com/entry/how-hashtags-evolved-and_b_6795646

No comments:

Post a Comment